
"Sholat Idul Adha Di Rumah, Kenapa Tidak?"
Media Dakwah | Artikel | 24 Juli 2021Ditulis oleh : Ustadz Abu Ubaidah As Sidawi
1. Shalat 'Id jelas disyariatkan dan termasuk syiar di antara syiar-syiar Islam.
Pada asalnya sholat 'Id (hari raya) itu dilaksanakan di tanah lapang sebagai bentuk menampakkan syiar-syiar Islam dan menyatukan kaum muslimin dalam satu kegembiraan dan dalam ibadah kepada Allah 'Azza wa Jalla.
2. Hanya saja, saat ini wabah covid -19 masih melanda maka hendaknya sholat 'Id tidak dilaksanakan di tanah lapang dan di masjid, sebagai bentuk pencegahan dari wabah, yang bisa membahayakan kaum muslimin. Nabi -shallallahu 'alaihi wasallam- bersabda :
لاَ ضَرَرَ وَلاَ ضِرَارَ
“Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan orang lain”.
Kaidah fiqih juga menyatakan:
دَرْءُ الْمَفَاسِدِ مُقَدَّمٌ مِنْ جَلْبِ الْمَصَالِحِ
“Membendung kerusakan lebih diuatamakan daripada mendapatkan kebaikan.”
Apalagi, pemerintah sudah menghimbau pelaksanaan shalat idul adha di lapangan/masjid saat ini, maka hendaknya bagi kita untuk mentaati arahan mereka. Walau tentu itu berbeda-beda situasi dan kondisi daerah masing-masing. Mari berlapang dada dan tidak perlu bising meributkan.
3. Bolehkah dilakukan di rumah?
Ada perbedaan pendapat di kalangan ulama. - Sebagian ulama berpendapat dikerjakan di rumah bersama keluarga tanpa khutbah. Ini pendapat Jumhur ulama; Malikiyyah, Syafi’iyyah dan Hanabilah. Ini juga yang dipilih oleh Lajnah Daimah. (Fatawa Lajnah Daimah 8/306).
Namun sebagian ulama (madzhab Hanafiyyah) berpendapat tidak perlu sholat 'Id di rumah. Inilah yang dikuatkan Syaikhul Islam -rahimahullah- dan Syaikh Ibnu Utsaimin. (Syarhul Mumti' 1/156)
Pendapat yang kuat adalah pendapat yang pertama insya Allah.
4. Yakinlah saudaraku, apabila kita punya tekad yang kuat untuk melakukan amal ibadah baik itu sholat berjama’ah di masjid, sholat jumat, sholat terawih, sholat hari raya, umroh, itikaf, mudik, berjabat tangan dan lain sebagainya, kemudian karena adanya suatu udzur kita tidak melakukannya maka Allah tetap menulis pahala untuk kita secara sempurna, berdasarkan sabda Nabi:
إِذَا مَرِضَ الْعَبْدُ أَوْ سَافَرَ كُتِبَ لَهُ مَا كاَنَ يَعْمَلُ صَحِيْحًا مُقِيْمًا
“Apabila seorang hamba sakit atau safar maka akan ditulis baginya apa yang dia lakukansaat sehat dan muqim”. (HR. Bukhori: 2996)
5. Sifat sholat idul adha di rumah sama seperti biasanya kalau dilaksanakan di lapangan, hanya saja tanpa khutbah, seperti halnya orang yang ketinggalan shalat hari raya secara jama’ah, hendaknya shalat dua rakaat, bertakbir 7 kali takbir di rakaat pertama dan 5 kali takbir di rakaat kedua.
Imam Bukhari membuat bab dalam Shahihnya “Bab apabila seorang ketinggalan shalat ‘iedh maka shalat dua rakaat”. Berkata Atha’: “Apabila ketinggalan shalat iedh maka shalat dua rakaat”.
Al-Hafizh Ibnu Hajar menjelaskan dalam Fathul Bari (2/550): “Dalam judul bab ini terdapat dua hukum:
- Disyari’atkannya shalat ‘ied bagi orang yang ketinggalan secara jama’ah, baik karena urusan dharuri ataukah tidak.
- Menggantinya sebanyak dua rakaat”.
Imam Malik berkata: “Setiap orang yang shalat ‘ied sendirian, baik laki-laki maupun perempuan, menurut saya dia takbir tujuh kali pada rakaat pertama sebelum membaca surat dan lima kali takbir pada rakaat kedua sebelum membaca surat”. (Al Muwatho' 592)
6. Adapun hukum-hukum lain yang berkaitan dengan hari raya seperti mandi, memakai baju yang terbaik, memakai minyak wangi, saling mengucapkan tahniah (ucapan selamat),Takbiran dan yang lain dari sunnah-sunnah hari raya, maka semua sunnah-sunnah ini masih diamalkan meskipun sholat 'Id tidak ditunaikan di lapangan.
Selamat menyonsong hari raya Idul Adha dengan bahagia
Bagikan :